Pengembangan
Program Bimbingan Konseling - layanan BK atau bimbingan
Konseling adalah kegiatan terencana
berdasarkan pengukuran kebutuhan (need asessment) yang diwujudkan dalam bentuk program bimbingan dan konseling.
Program bimbingan dan konseling di sekolah dapat disusun secara makro untuk 3
(tiga) tahun, meso 1 (satu) tahun dan mikro sebagai kegiatan operasional dan
memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan khusus yang ada sekolah masing-masing.
Program ini menjadi landasan terukur layanan profesional yang diberikan
oleh konselor di sekolah.
Program BK ini disusun berdasarkan
struktur program dan bimbingan dan konseling perkembangan berikut :
1. Komponen
(Struktur) Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Struktur program bimbingan
diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan, yaitu : (a) layanan dasar
bimbingan; (b) layanan responsif, (c) la- yanan perencanaan individual, dan (d)
layanan dukungan sistem. Keterkaitan keempat komponen program bimbingan dan
konseling ini dapat digambarkan pada gambar 1.

Gambar 1. Komponen Program BK
a. Layanan
Dasar Bimbingan
1) Pengertian
Layanan dasar bimbingan
diartikan sebagai “proses pemberian bantuan kepada semua siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang
disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara
optimal”.
2) Tujuan
Layanan ini bertujuan untuk
membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental
yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain
membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara
rinci tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk membantu siswa agar : (1)
memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, sosial budaya dan agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk
mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi
penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menangani atau memenuhi
kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka
mencapai tujuan hidupnya.
3) Materi
Untuk mencapai tujuan tersebut,
kepada siswa disajikan materi layanan yang menyangkut aspek-aspek pribadi,
sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu siswa
dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Materi layanan dasar bimbingan
dapat diambil dari berbagai sumber, seperti majalah, buku, dan koran. Materi
yang diberikan, disamping masalah yang menyangkut pengembangan sosial-pribadi,
dan belajar, juga materi yang dipandang utama bagi siswa SLTP/SLTA, yaitu yang
menyangkut karir. Materi-materi tersebut, di antaranya : (a) fungsi agama bagi
kehidupan, (b) pemantapan pilihan program studi, (c) keterampilan kerja
profesional, (d) kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-rohaniah) dalam
menghadapi pekerjaan, (e) perkembangan dunia kerja, (f) iklim kehidupan dunia
kerja, (g) cara melamar pekerjaan, (h) kasus-kasus kriminalitas, (i) bahayanya
perkelahian masal (tawuran), dan (j) dampak pergaulan bebas. Materi lainnya
yang dapat diberikan kepada para siswa adalah sebagai berikut:
·
Pengembangan self-esteem.
·
Pengembangan motif berprestasi.
·
Keterampilan pengambilan keputusan.
·
Keterampilan pemecahan masalah.
·
Keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi.
·
Memahami keragaman lintas budaya.
·
Perilaku yang bertanggung jawab.
b. Layanan
Responsif
1) Pengertian
Layanan responsif merupakan
“pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki kebutuhan dan masalah yang
memerlukan pertolongan dengan segera”.
2) Tujuan
Tujuan layanan responsif adalah
membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang
dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan, kegagalan dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Tujuan layanan ini dapat juga
dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian
pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan
masalah sosial-pribadi, karir, dan atau masalah pengembangan pendidikan.
3) Materi
Materi layanan responsif
bergantung kepada masalah atau kebutuhan siswa. Masalah dan kebutuhan siswa
berkaitan dengan keinginan untuk memahami tentang suatu hal karena dipandang
penting bagi perkembangan dirinya yang positif. Kebutuhan ini seperti kenginan
untuk memperoleh informasi tentang bahaya obat terlarang, minuman keras,
narkotika, pergaulan bebas dan sebagainya.
Masalah siswa lainnya adalah
yang berkaitan dengan berbagai hal yang dialami atau dirasakan mengganggu
kenyamanan hidupnya atau menghambat perkembangan dirinya yang positif, karena
tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Masalah siswa pada umumnya tidak mudah diketahui secara
langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang
ditampilkannya.
Masalah (gejala masalah) yang
mungkin dialami siswa di antaranya : (a) merasa cemas tentang masa depan, (b)
merasa rendah hati, (c) berperilaku impulsif (kekanak-kanakan atau melakukan
sesuatu tanpa mempertimbangkannya secara matang), (d) membolos dari sekolah,
(e) malas belajar, (f) kurang memiliki kebiasaan belajar yang positif, (g)
kurang bisa bergaul, (h) prestasi belajar rendah, (i) malas beribadah, (j)
masalah pergaulan bebas (free sex), (k) masalah tawuran, (l) manajemen stress,
dan (m) masalah dalam keluarga.
Untuk memahami kebutuhan dan
masalah siswa dapat ditempuh dengan cara menganalisis data siswa, baik yang
bersumber dari inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), angket siswa,
wawancara, observasi, sosiometri, daftar hadir siswa, leger, psikotes dan
daftar masalah siswa atau alat ungkap masalah (AUM).
c. Layanan
Perencanaan Individual
1) Pengertian
Layanan ini diartikan “proses
bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang
berkaitan dengan perencanaan masa depannya berdasarkan pemahaman akan kelebihan
dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang
tersedia di lingkungannya”.
2) Tujuan
Layanan perencanaan individual
bertujuan untuk membantu siswa agar (1) memiliki pemahaman tentang diri dan
lingkungannya, (2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan
terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan,
dan rencana yang telah dirumuskannya.
Tujuan layanan perencanaan
individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya memfasilitasi siswa untuk
merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan
pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Isi atau materi perencanaan
individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan siswa untuk memahami secara
khusus tentang perkembangan dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun
perencanaan individual ditujukan untuk memandu seluruh siswa, layanan yang
diberikan lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan
dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing siswa. Melalui layanan
perencanaan individual, siswa dapat:
·
Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan,
merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan
atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah, dunia kerja, dan
masyarakatnya.
·
Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka
pencapaian tujuannya.
·
Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
·
Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.
3) Materi
Materi layanan perencanaan
individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek akademik, karir, dan
sosial-pribadi. Materi pengembangan aspek (a) akademik meliputi : memanfaatkan
keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan,
memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar
sepanjang hayat; (b) karir meliputi : mengeksplorasi peluang-peluang karir,
mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan
bekerja yang positif; dan (c) sosial-pribadi meliputi : pengembangan konsep
diri yang positif, dan pengembangan keterampilan sosial yang efektif.
d. Layanan Dukungan
Sistem
Ketiga komponen program,
merupakan pemberian layanan BK kepada siswa secara langsung. Sedangkan dukungan
sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak
langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran
perkembangan siswa. Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang
bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan
secara menyeluruh melalui pengembangan profesinal; hubungan masyarakat dan
staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas;
manajemen program; penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).
Program ini memberikan dukungan
kepada guru pembimbing dalam memperlancar penyelenggaraan layanan diatas.
Sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah untuk memperlancar
penyelenggaraan program pendidikan di sekolah. Dukungan sistem ini meliputi dua
aspek, yaitu : (1) pemberian layanan, dan (2) kegiatan manajemen.
1) Pemberian
Layanan Konsultasi/Kolaborasi
Pemberian layanan menyangkut
kegiatan guru pembimbing (konselor) yang meliputi (a) konsultasi dengan
guru-guru, (b) menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau
masyarakat, (c) berpartisipasi dalam merencanakan kegiatan-kegiatan sekolah,
(d) bekerjasama dengan personel sekolah lainnya dalam rangka mencisekolahakan
lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, (e) melakukan
penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan
konseling.
2) Kegiatan
Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan
berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program
bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan (a) pengembangan program, (b)
pengembangan staf, (c) pemanfaatan sumber daya, dan (d) pengembangan penataan
kebijakan.
Secara operasional program
disusun secara sistematis sebagai berikut :
·
Rasional berisi latar belakang penyusunan pogram bimbingan
didasarkan atas landasan konseptual, hukum maupun empirik
·
Visi da misi, berisi harapan yang diinginkan dari layanan Bk yang
mendukung visi , misi dan tujuan sekolah
·
Kebutuhan layanan bimbingan, berisi data kebutuhan siswa, pendidik
dan isntitusi terhadap layanan bimbingan. Data diperoleh dengan mempergunakan
instrumen yang dapat dipertanggungjawabkan
·
Tujuan, berdasarkan kebutuhan ditetapkan kompetensi yang dicapai
siswa berdasarkan perkembangan
·
Komponen program: (1) layanan dasar, program yang secara umum
dibutuhkan oleh seluruh siswa pertingkatan kelas; (2) layanan responsif,
program yang secara khusus dibutuhakn untuk membatu para siswa yang memerlukan
layanan bantuan khusus; (3) layanan perencanaan individual, program yang
mefasilitasi seluruh siswa memiliki kemampuan mengelola diri dan merancang masa
depan; dan (4) dukungan sistem, kebijakan yang mendukung keterlaksanaan
program, program jejaring baik internal sekolah maupun eksternal
·
Rencana operasional kegiatan
·
Pengembagan tema atau topik (silabus layanan)
·
Pengembangan satuan layanan bimbingan
·
Evaluasi
·
Anggaran
Program disusun bersama oleh
personil bimbingan dan konseling dengan memperhatikan kebutuhan siswa,
mendukung kebutuhan pendidik untuk memfasilitasi pelayanan perkembangan siswa
secara optimal dalam pembelajaran dan mendukung pencapaian tujuan, misi dan
visi sekolah. Program yang telah disusun disampaikan pada semua pendidik di
sekolah pada rapat dinas agar terkembang jejaring layanan yang optimal.
Terkait dengan peran pengawas
sekolah, pengawas dapat melakukan pembinaan dan pengawasan “apakah sekolah
memiliki program bimbingan dan konseling?”. Pimpinan sekolah dan personil
bimbingan (guru pembimbing/konselor) harus didorong untuk menyusun program
bimbingan. Jika program sudah ada personil bimbingan dan pimpinan sekolah
didorong untuk melakukan kajian apakah program sudah memfasilitasi kebutuhan
peserta didik dan mendukung ketercapaian visi, misi dan tujuan sekolah.
Pengawas juga mendorong pimpinan sekolah dan konselor untuk menyampaikan
program pada rapat dinas sekolah sehingga semua pendidik di lingkungan sekolah
mengetahui, memahami dan dapat mengembangkan jejaring dalam peran fungsinya
masing-masing.
[Diambil dari: Depdiknas.2008. Bimbingan
dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri Pelatihan
Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan]
Demikian artikel batang kali ini yang berjudul Pengembangan Program Bimbingan Konseling , teima
kasih atas kunjunganya semoga bermanfaat bagi anda para konselor
pendidikan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar